ARTICLE AD BOX
Dikenal dengan panggilan “Keju Juwhat,” Yasa memulai usaha ini pada tahun 2015 setelah sempat bekerja di sebuah hotel usai menyelesaikan kuliah di ITB Stikom Bali.
“Setelah tamat kuliah tahun 2014, saya sempat bekerja di hotel. Namun, karena tidak menemukan passion, saya memutuskan untuk mengembangkan hobi menjadi usaha,” ujar Keju kepada NusaBali, Senin (18/12).
Keju Art Studio memanfaatkan pergantian musim sebagai peluang bisnis. Pada musim Ogoh-Ogoh, studio ini menerima pesanan pembuatan Ogoh-Ogoh besar, mini, hingga jasa pendukung seperti pengelasan dan pengecatan. Sementara di musim layangan, Keju fokus memproduksi dan menjual berbagai aksesoris layangan seperti tapel janggan serta payasan janggan.
“Kami membuat tapel dari kayu dan gabus, tergantung ukuran, serta payasan dari kulit dan kertas solek. Untuk Ogoh-Ogoh, saya juga menjual mata Ogoh-Ogoh dari resin, yang merupakan inovasi baru sejak pandemi,” jelas Keju.
Mata realis untuk tapel ogoh-ogoh tersedia dalam diameter 5,5 cm, 4,5 cm, dan 3,5 cm.
Keju mengenang masa sulit pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Saat itu, ia menerima pesanan layangan celepuk sebagai cara bertahan hidup.
“Pesanan celepuk menjadi penyelamat keluarga saya saat pandemi. Astungkara, masa sulit itu telah berlalu, dan sekarang usaha ini bisa terus berkembang,” katanya.
Produk Keju Art Studio dijual dengan harga yang bervariasi. Aksesoris layangan mulai dari Rp200 ribu, sementara Ogoh-Ogoh dijual mulai dari Rp1 juta, tergantung permintaan konsumen.
“Kami tidak mematok harga tinggi, karena menyesuaikan dengan anggaran konsumen. Harapan saya, UMKM seperti ini mendapat dukungan dari pemerintah agar bisa terus memberikan kontribusi positif,” tutup Keju.
Keju Art Studio berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Gang Nyuh Bulan No. 7, Denpasar Barat, dan terus berinovasi untuk melestarikan tradisi sekaligus menggerakkan roda perekonomian lokal. *m03